Suku Gumay
By : Ariska MuliyaOTORITAS PUYANG GUMAY SEBAGAI KEPALA PEMERINTAHAN
Pada awal pembentukan suku Gumay, sebagai keturunan dari puyang Diwe Gumay maka pimpinan pemerintahan dan pimpinan adat dipegang oleh puyang secara turun temurun yang ditunjuk karena ada kelebihannya ( ade ambi'anye ). Hal ini berlanjut sampai masuknya Kesultanan Palembang sekitar 1630 Masehi.
Diperkirakan pemerintahan Gumay dirintis sekitar sekitar tahun 1341 Masehi berjalan selama sekitar 289 tahun. Kemudian di tahun 1630 Masehi aturan dan Undang-undang Simbur Cahaye (UU-SC ) yang disusun Ratu Senuhun Sending dibantu oleh para alim ulama dan pemuka masyarakat.
Para Puyang bersahabat dengan Sultan Palembang dan kesultanan pun menghormati otoritas Puyang ini dikarenakan Puyang bisa mengatur pemerintahannya dengan lebih konkrit karena ada undang-undang tertulis meskipun hanya dengan aksara Arab kuno.
Bahkan Kesultanan Palembang memberikan penghargaan kepada Puyang karena sistem pemerintahan di bentuk menjadi sedemikian rupa agar rakyatnya nanti mampu berkembang menjadi sebuah marga yang utuh, dan Kesultanan pun memberi Gelar "Pangeran" kepada Puyang. Hal ini berlangsung sampai tahun 1824 Masehi. karena pada tahun tersebut belanda resmi menaklukkan Palembang dan wilayah Palembang Ulu masuk daerah jajahan Belanda.
Saat Belanda menduduki Palembang dan sekitarnya, pemerintah Belanda tetap mengakui UU-SC sebagai aturan dasar pidana-perdata dan kemasyarakatan di lingkungan marga dan dusun, tetapi berubah kedudukannya dari UU Dasar menjadi UU Adat.
Untuk mengurangi otoritas Puyang, terutama dari segi Rasionalisme Belanda membagi pemerintahan yakni :
1. Diciptakannya perangkat pemerintahan resmi yang disebut Purwatin yang terdiri dari : Pasirah, dan Kerie, dengan perangkatnya seperti Pembasap, peggawe, Ketib Perpat, Kemit dan lain sebagainya.
2. Kepala pemerintahan marga dan dusun masing-masing oleh pasirah yang bergelar Depati, dan dusun oleh Kerie dipilih langsung oleh rakyat secara Demokrasi ( tidak ada yang bersifat turun temurun ).
3. Pimpinan adat termasuk Jurai Tue Gumay, tetap dihormati dan diakui sebagai pemimpin adat dan suku dengan pangkat " Jurai Tue atau Junjungan".
4. Mulai muncul Pasira baru yang diberi gelar pangeran oleh Belanda, bukan pangeran berjasa yang diberi gelar oleh kesultanan Palembang dahulu. Hal ini menimbulkan perpecahan dikalangan penduduk Gumay.
Diperkirakan pemerintahan Gumay dirintis sekitar sekitar tahun 1341 Masehi berjalan selama sekitar 289 tahun. Kemudian di tahun 1630 Masehi aturan dan Undang-undang Simbur Cahaye (UU-SC ) yang disusun Ratu Senuhun Sending dibantu oleh para alim ulama dan pemuka masyarakat.
Para Puyang bersahabat dengan Sultan Palembang dan kesultanan pun menghormati otoritas Puyang ini dikarenakan Puyang bisa mengatur pemerintahannya dengan lebih konkrit karena ada undang-undang tertulis meskipun hanya dengan aksara Arab kuno.
Bahkan Kesultanan Palembang memberikan penghargaan kepada Puyang karena sistem pemerintahan di bentuk menjadi sedemikian rupa agar rakyatnya nanti mampu berkembang menjadi sebuah marga yang utuh, dan Kesultanan pun memberi Gelar "Pangeran" kepada Puyang. Hal ini berlangsung sampai tahun 1824 Masehi. karena pada tahun tersebut belanda resmi menaklukkan Palembang dan wilayah Palembang Ulu masuk daerah jajahan Belanda.
Saat Belanda menduduki Palembang dan sekitarnya, pemerintah Belanda tetap mengakui UU-SC sebagai aturan dasar pidana-perdata dan kemasyarakatan di lingkungan marga dan dusun, tetapi berubah kedudukannya dari UU Dasar menjadi UU Adat.
Untuk mengurangi otoritas Puyang, terutama dari segi Rasionalisme Belanda membagi pemerintahan yakni :
1. Diciptakannya perangkat pemerintahan resmi yang disebut Purwatin yang terdiri dari : Pasirah, dan Kerie, dengan perangkatnya seperti Pembasap, peggawe, Ketib Perpat, Kemit dan lain sebagainya.
2. Kepala pemerintahan marga dan dusun masing-masing oleh pasirah yang bergelar Depati, dan dusun oleh Kerie dipilih langsung oleh rakyat secara Demokrasi ( tidak ada yang bersifat turun temurun ).
3. Pimpinan adat termasuk Jurai Tue Gumay, tetap dihormati dan diakui sebagai pemimpin adat dan suku dengan pangkat " Jurai Tue atau Junjungan".
4. Mulai muncul Pasira baru yang diberi gelar pangeran oleh Belanda, bukan pangeran berjasa yang diberi gelar oleh kesultanan Palembang dahulu. Hal ini menimbulkan perpecahan dikalangan penduduk Gumay.
SUKU GUMAY BERKEMBANG MENJADI TIGA MARGA
Suku Gumay yang merupakan keturunan dari Puyang Diwe Gumay mendiami daerah yang cukup luas dalam bentuk dusun. Yang akhirnya tumbuh menjaditiga marga sebagai sub dari suku Gumay, antara lain :
1. Gumay Lembak, yang terletak di kecamatan Pulau Pinang. Tepatnya berkedudukan di Lubuk Sepang
2. Gumay Ulu, terletak di kecamatan Pulau Pinang. Berkedudukan di Tinggi Hari.
3. Gumay Talang, terletak di kecamatan Kota Lahat, tepatnya di Langu-Endikat.
Meskipun demikian, sejarah menunjukan ketiga marga Gumay ini tetap dalam satu kesatuan keluarga Gumay dibawah pimpinan adat Jurai Tue (Jurai Kebalikan).
I. ASAL KETURUNAN GUMAY LEMBAK
Puyang Muke Akhahan yang sangat legendaris dan di panggil Kerie Sindang Matahari, pimpinan Gumay Jurai ke-XIII mempunyai 8 anak, 7 laki-laki dan 1 perempuan. Anak-anak ini lah yang akan menjadi cikal bakal keturunan Gumay Lembak untuk membangun dusun.
1. Atungkal Diwe, anak tua bertempat di dusun Bapak yaitu di Lubuk Sepang.
2. Gune Raja, berpindah ke Endikat. Yang akhirnya menikah dengan Putri Langu. Yang akhirnya menjadi cikal bakal marga Gumay Talang.
3. Puyang Abawan, bertempat di dusun Tanjung Sirih. tepatnya dipinggiran Ayik Lim bersama keturunannya.
4. Puyang Bigih, bertempat dan berkeluarga didusun Kuba.
5. Puyang Pandan, putri satu-satunya dari Puyang Muke Akhahan yang bersuami ke Bandar Agung.
6. Puyang Bile Raje, bertempat dan berkeluarga di dusun Pulau Pinang.
7. Puyang Bile Bujang, bertempat diseberang dusun Pulau Pinang. tepatnya didusun Tanjung Mulak beserta keluarganya.
8. Puyang Bile Pantas, mengambil anak didusun Germidar Pagar Gunung yang akhirnya mengikuti Jurai orang Pagar Gunung.
"diperkirakan Puyang Bigih bukan hanya bertempat didusun Kuba tetapi juga didusun Karang Dalam Ulu, Jati, Pagar Batu dan Muara Siban".
II. ASAL MULA KETURUNAN GUMAY ULU.
Puyang Panjang yang mempunyai dua orang anak laki-laki, yakni : Puyang Muke Akhahan dan Puyang Yal Binguk.
Puyang Yal Binguk menjadi pendiri keturunan Gumay Ulu didusun Lubai.
Puyang Yal Binguk naik ke Ulu menelusuri Ayik Lim membuat permukiman baru setelah memperistri Putri Tebing Plawi yang disebut dusun Lubai.
Yang akhirnya Puyang Yal Binguk mempunyai 5 orang anak laki-laki :
1. Kerie Sendan, bertempat dan menetap di Tunggu Tubang (Lubai).
2. Kerie Dayang, menetap di Lubuk Sele.
3. Kerie Muksin, menetap di Serungge setelah beristri orang Marga Kikim.
4. Kerie Tiron menetap didusun Muara Dua Pagar Gunung, setelah mengambil anak.
5. Kerie Taron, mengikuti kakak (Kerie Tiron) ke Muara Dua Pagar Gunung.
III. ASAL MULA KETURUNAN GUMAY TALANG.
Puyang Gune Raje yang bertempat di Dusun Lubuk Sepang. Puyang Gune Raje memperistrikan Dayang Intan Putri Ratu Langu, yang merupakan adik kandung dari Pekik Nyaring. Setelah menikah Puyang Gune Raje menetap di Langu dan dusun Lubuk Sepang sebagai dusun asal mula tempat kembali ( bada balik ).
Namun Ratu Langu menganjurkan kepada Puyang Gune Raje dan istrinya untuk membangun permukiman baru. Yang akhirnya bertempat di Endikat, yang menurut mereka merupakan daerah yang cocok.
Dari dusun Endikat ini lah keturuna Puyang Gune Raje berkembang dan membentuk Marga baru yakni Marga Gumay Talang yang tetap dibawah naungan sistem pemerintahan dan adat Gumay, bersama Gumay Lembak dan Gumay Ulu yang merupakan keturunan Puyang Diwe Gumay setelah meluaskan jaringan keluarganya menjadi Gumay Tige Jukhu : Gumay Lembak, Gumay Ulu dan Gumay Talang.
1. Gumay Lembak, yang terletak di kecamatan Pulau Pinang. Tepatnya berkedudukan di Lubuk Sepang
2. Gumay Ulu, terletak di kecamatan Pulau Pinang. Berkedudukan di Tinggi Hari.
3. Gumay Talang, terletak di kecamatan Kota Lahat, tepatnya di Langu-Endikat.
Meskipun demikian, sejarah menunjukan ketiga marga Gumay ini tetap dalam satu kesatuan keluarga Gumay dibawah pimpinan adat Jurai Tue (Jurai Kebalikan).
I. ASAL KETURUNAN GUMAY LEMBAK
Puyang Muke Akhahan yang sangat legendaris dan di panggil Kerie Sindang Matahari, pimpinan Gumay Jurai ke-XIII mempunyai 8 anak, 7 laki-laki dan 1 perempuan. Anak-anak ini lah yang akan menjadi cikal bakal keturunan Gumay Lembak untuk membangun dusun.
1. Atungkal Diwe, anak tua bertempat di dusun Bapak yaitu di Lubuk Sepang.
2. Gune Raja, berpindah ke Endikat. Yang akhirnya menikah dengan Putri Langu. Yang akhirnya menjadi cikal bakal marga Gumay Talang.
3. Puyang Abawan, bertempat di dusun Tanjung Sirih. tepatnya dipinggiran Ayik Lim bersama keturunannya.
4. Puyang Bigih, bertempat dan berkeluarga didusun Kuba.
5. Puyang Pandan, putri satu-satunya dari Puyang Muke Akhahan yang bersuami ke Bandar Agung.
6. Puyang Bile Raje, bertempat dan berkeluarga di dusun Pulau Pinang.
7. Puyang Bile Bujang, bertempat diseberang dusun Pulau Pinang. tepatnya didusun Tanjung Mulak beserta keluarganya.
8. Puyang Bile Pantas, mengambil anak didusun Germidar Pagar Gunung yang akhirnya mengikuti Jurai orang Pagar Gunung.
"diperkirakan Puyang Bigih bukan hanya bertempat didusun Kuba tetapi juga didusun Karang Dalam Ulu, Jati, Pagar Batu dan Muara Siban".
II. ASAL MULA KETURUNAN GUMAY ULU.
Puyang Panjang yang mempunyai dua orang anak laki-laki, yakni : Puyang Muke Akhahan dan Puyang Yal Binguk.
Puyang Yal Binguk menjadi pendiri keturunan Gumay Ulu didusun Lubai.
Puyang Yal Binguk naik ke Ulu menelusuri Ayik Lim membuat permukiman baru setelah memperistri Putri Tebing Plawi yang disebut dusun Lubai.
Yang akhirnya Puyang Yal Binguk mempunyai 5 orang anak laki-laki :
1. Kerie Sendan, bertempat dan menetap di Tunggu Tubang (Lubai).
2. Kerie Dayang, menetap di Lubuk Sele.
3. Kerie Muksin, menetap di Serungge setelah beristri orang Marga Kikim.
4. Kerie Tiron menetap didusun Muara Dua Pagar Gunung, setelah mengambil anak.
5. Kerie Taron, mengikuti kakak (Kerie Tiron) ke Muara Dua Pagar Gunung.
III. ASAL MULA KETURUNAN GUMAY TALANG.
Puyang Gune Raje yang bertempat di Dusun Lubuk Sepang. Puyang Gune Raje memperistrikan Dayang Intan Putri Ratu Langu, yang merupakan adik kandung dari Pekik Nyaring. Setelah menikah Puyang Gune Raje menetap di Langu dan dusun Lubuk Sepang sebagai dusun asal mula tempat kembali ( bada balik ).
Namun Ratu Langu menganjurkan kepada Puyang Gune Raje dan istrinya untuk membangun permukiman baru. Yang akhirnya bertempat di Endikat, yang menurut mereka merupakan daerah yang cocok.
Dari dusun Endikat ini lah keturuna Puyang Gune Raje berkembang dan membentuk Marga baru yakni Marga Gumay Talang yang tetap dibawah naungan sistem pemerintahan dan adat Gumay, bersama Gumay Lembak dan Gumay Ulu yang merupakan keturunan Puyang Diwe Gumay setelah meluaskan jaringan keluarganya menjadi Gumay Tige Jukhu : Gumay Lembak, Gumay Ulu dan Gumay Talang.
0 Response to "Suku Gumay"
Posting Komentar